Minggu, 09 Februari 2014

True Story: Kisah Sebuah Puisi


Jadi begini, saya akan bercerita sedikit tentang sebuah puisi untuk kalian. Entahlah, saya sendiri tak tahu puisi macam apa yang saya buat. Mungkin bisa disebut puisi tentang perpisahan, kehilangan, kenangan, atau pun kebahagiaan. Yang saya tahu, puisi ini mampu meluluhkan hati seorang pria tepat di hari ulang tahunnya. Iya, bukan Pria yang saya cinta tentunya. Bahkan sebenarnya ini bukan kisah percintaan saya.
Begini ceritanya ...
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki saat dimana mereka merasa teramat terpuruk. Bahkan untuk melihat Matahari terbit pun teramat suntuk. Iya, saya sedang berada di posisi ini; saat ini. Saat dimana saya di tinggal pergi oleh kekasih hati. Tidak, saya tidak akan menceritakan bagaimana kejadian ini bisa terjadi. Terlalu sakit untuk di ingat lagi. Baiklah, ini sudah melenceng terlalu jauh dari topik yang saya buat di awal cerita tadi. Tenang, saya pasti akan melanjutkan ceritanya kembali.
Kalian tahu? Setiap orang bisa berubah 180° dari biasanya ketika Ia sedang berada dalam suatu kondisi dimana ia sedang merasakan jatuh cinta ataupun patah hati. Begitulah sahabat saya. Ia menyayangi kekasihnya, teramat menyayanginya. Orang yang selama 3 tahun ini dengan setia selalu menemaninya bagaimanapun kondisi dan keadaannya.
Tepat 2 minggu lagi kekasihnya genap berumur 18 tahun (waktu itu kita masih berumur 17 tahun). Ia mulai sibuk menentukan strategi  apa  yang cocok untuk kekasihnya itu. Lucu memang, haruskah kita serumit itu mempersiapkan semuanya? Bukankah hadiah paling indah itu adalah doa? Tak apa, biarlah sahabatku melakukannya.
Banyak sekali ide yang bermunculan di dalam otaknya untuk melakukan berbagai hal, tapi Ia sadar ia tidak akan berhasil jika melakukannya sendiri. Sampai suatu saat ia meminta saya untuk melakukan sesuatu. Sahabat saya memang bukan tipe orang yang romantis, bahkan bisa dibilang dia adalah tipe orang yang cuek akan suatu hal. Maka dari itu Ia meminta saya untuk membantunya merangkai sebuah puisi. Aneh, tapi saya rasa ide ini cukup bagus. Maka dengan senang hati saya melakukannya.

Aku hidup tuk menemanimu
Aku datang karna rindukanmu

Semua tawa ...
Untuk bahagiakan dirimu

Aku bertahan hanya untukmu
Aku diam redakan marahmu
Semua tawa ...
Untuk bahagiakan dirimu, dirimu

Takkan ku lupakan kenangan kita
Yang selama ini terukir begitu indahnya
Tak banyak kata yang mampu ku ucapkan
Padamu kupercayakan ..
Hati ini


Kurang lebih seperti itu puisi yang saya buat. Tidak terlalu bagus memang, tapi sahabat saya menyukainya. Ajaibnya, sahabat saya yang lain mampu mengubah sebuah puisi yang saya buat tadi menjadi sebuah lagu. Keren. Kebetulan, sahabat saya ini lumayan pintar di bidang musik dan tarik suara. Jadi sangat mudah baginya untuk mengubah sebuah puisi menjadi lagu hanya dalam waktu satu hari. Benar-benar paket lengkap!

Seiring berjalannya waktu, hari ulang tahun kekasih sahabat saya ini pun hampir tiba. Gugup? Sedikit. Dengan hanya di bekali sebuah gitar dan  kamera SLR milik sahabat saya yang lain lagi, sahabat saya yang kekasihnya akan bertambah umur itu pun rekaman. Seadanya memang, tapi inilah yang dinamakan perjuangan.

Hari itu pun tiba. Entah apa yang dirasakan sahabat saya itu tapi setidaknya dia sudah berusaha. Apapun hasilnya nanti. Dan ajaibnya, kekasih sahabat saya begitu menyukainya. Bahkan ia berulang kali memutar hasil rekaman yang kami buat bersama sama itu. Hebat. Suara sahabat saya mampu menggetarkan hati kekasihnya untuk kesekian kalinya. Memang, ia memiliki suara yang begitu unik. Jelek? Tidak, suara dia unik. Dia jarang menyanyikan sebuah lagu tanpa falseto. Bahkan hampir setiap lagu yang Ia nyanyikan selalu memakai nada falseto. Saya sendiri tidak pernah bisa mengikuti nada yang Ia ambil ketika saya sedang bernyanyi bersamanya. Secara dalam klub paduan suara pun suara saya di tempatkan di nada Alto, mana mungkin saya dapat menyamakan suara saya dengannya?

Mungkin segitu saja cerita saya mengenai puisi kali ini. Lain waktu, saya akan menceritakan beberapa kisah lain lagi. Terima kasih kepada kalian yang sudah berkenan untuk membacanya. Cerita ini merupakan kisah nyata ketika saya masih berada di bangku SMA. Terima kasih juga untuk sahabat sahabat saya. Maaf, saya menceritakan kisah ini tanpa seizin kalian sebelumnya. Saya harap kalian tidak keberatan jika saya menceritakannya.





*ps: Alhamdulillah, lagu diatas sudah masuk dapur rekaman. Tetapi maaf, hanya untuk konsumsi kami pribadi. Hehe. Aneh ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar