Jumat, 21 Agustus 2015

Jarak, Rindu, Dia dan Kamu

Menyedihkan memang
Melihatmu pergi begitu saja
Meninggalkan luka yang bekasnya akan selalu ada

Tak masalah jika itu inginmu
Jika memang benar keputusanmu, aku tak bisa melarang
Mungkin memang aku yang salah
Aku tak gigih memperjuangkanmu
Sehingga kau memilih ia yang begimu lebih dari segalanya

Tapi ingat sayang,
Kau memilihnya hanya disaat kau bosan
Kau memilihnya disaat kau sudah lelah memperjuangkan
Aku tahu kau tak benar-benar mencintainya
Aku tahu kau hanya butuh seseorang yang nyata

Jika kau sebut dia lebih baik dariku, kau salah
Tak ada yang lebih baik dariku perihal mencintaimu selain aku
Aku teramat mencintaimu, semua tentangmu, pun masa lalumu

Kupikir, kau mampu memperjuangkan jarak, memperjuangkan temu, memperjuangkan kita
Tapi ternyata hatimu tak sekuat itu
Hatimu tak mampu terlalu lama memendam rindu
Sehingga kamu memilih pergi dan berlalu
Berbahagialah dengan hidupmu yang baru

Dengan dia yang selalu dekat denganmu

Cinta Dua Hati

Kau mencintaiku, tapi kau juga mencintainya
Kau menginginkanku, tapi kau juga menginginkannya
Kau memberi cinta padaku, dan kau memberi cinta pula kepadanya

Bagaimana bisa kau melakukan hal semacam itu?
Membagi dua cinta kepada satu waktu
Membagi satu hati kepada dua wanita
Bagaimana bisa cintamu terbagi untuk kedua wanita?

Aku tak keberatan jika wanita itu adalah Ibu
Aku tak akan memarahimu akan hal itu
Tapi, jika wanita itu adalah orang yang kau temui di depan mataku
Tentu aku akan membencimu

Kau perkenalkan wanita itu kepadaku
“teman masa kecil” katamu
Tapi sekarang,
Kau meninggalkanku demi wanita itu
Yang akhir-akhir ini ku tahu, dia bukan teman masa kecilmu

Sakit?
Tak usah ditanya
Kecewa?
Itu sudah pasti

Kau membagi sebagian cintamu untukku kepada dirinya
Bagaimana aku tak kecewa?
Cintamu telah terbagi dua

Dihadapanku kau tega mendua

Datang dan Pergi

Kau datang disaat aku benar-benar kesepian
Menebar cinta dengan segala kebahagiaan
Kau datang dengan sejuta harapan
Membuatku terpesona dengan sejuta perhatian yang kau berikan
Kau datang memberiku segala yang aku butuhkan
Dan kau datang memberiku segala yang aku rindukan

Namun kemudian..

Kau dengan mudahnya pergi meninggalkan
Kau dengan mudahnya memutus semua hubugan
Kau dengan mudahnya melepas semua perhatian
Menerbangkan semua harapan yang sudah kau berikan
Membuatku benar-benar jatuh sendirian
Menggoreskan luka yang teramat dalam

Kau pergi disaat aku benar-benar membutuhkan
Disaat aku benar-benar yakin bahwa kau lah tujuan

Disaat aku benar-benar percaya bahwa kau lah seseorang yang dikirmkan Tuhan

Aku Mencintaimu dengan Caraku

Aku mencintaimu dengan caraku
Mengagumimu dari segala diamku
Memujamu dalam puisi-puisiku

Aku mencintaimu dengan caraku
Memerhatikanmu dengan tersipu
Menyapamu dengan malu-malu

Aku mencintaimu dengan caraku
Dengan segala cara yang hanya aku yang tahu
Pun hanya dalam diamku

Mungkin aku terlalu pengecut untuk mendekatimu
Bahkan menyatakan cinta padamu aku tak mampu

Tapi ini lah aku, yang mencintaimu dengan segala caraku

Cemburumu Keliru

Aku tau kau mencintaiku
Aku tau kau menyayangiku
Aku tau kau tak ingin melepaskanku
Aku tau kau begitu mencintaiku
Aku tau itu

Tapi sayang, cemburumu atasku keliru
Kau menempatkan cemburumu tidak pada tempat yang seharusnya kau cemburui

Kau cemburu pada pekerjaanku
Kau cemburu pada kegiatanku
Kau cemburu pada waktuku
Kau cemburu pada segala yang aku lakukan dalam hidupku
Aku tau kau begitu mencintaiku, sungguh aku paham itu

Tenang lah sayang,
Sesibuk apapun aku dalam pekerjaanku, aku tetap mengingatmu
Sepadat apapun semua kegiatanku, aku selalu berusaha meluangkan waktu untukmu

Kau tak perlu khawatir kehilanganku, karna aku tak sekalipun ingin meninggalkanmu
Aku pun mencintaimu dengan sungguh, utuh, dan tanpa jenuh

Sabar lah sebentar,
Tak lama lagi, aku kan memintamu dari Ayahmu untuk segera meminangmu

Dan kemudian, kita berbahagia bersama karena telah berbesar sabar

Minggu, 25 Mei 2014

Karena Setelah Hujan Akan Ada Pelangi



Ketika tak seorang  pun  mampu mengerti keinginanmu tanpa diberitahu, ketika seseorang yang dianggap dekat denganmu malah menjauhimu, ketika dunia berbalik menertawakan kesendirianmu, saat itu lah kau paham bahwa tak ada yang lebih baik daripada menarik diri dari semua untuk sejenak menghilang dan menjauh pergi mencoba mengutkan hati lalu kembali.
Terkadang kau mengandalkan sesorang untuk selalu ada disisimu, tapi sering kali kau kecewa karena dia tak bisa memenuhi keinginanmu.
Saat dunia seolah menjauhiku, saat seseorang yang aku harap mengerti perasaanku, saat dikucilkan, saat semua melebur menjadi satu dan menghancurkanm,  kau juga punya kekuatan untuk berbalik menyerang. Percayalah, Tuhan tau kekuatanmu. Makanya Dia mengujimu untuk melihat cukup pantaskah dia memilihmu untuk melewati tantangan ini.
Untuk orang orang yang mengecewakanmu, katakan pada mereka bahwa kau lebih baik dari mereka dengan menunjukkan kelebihanmu. Ketika kau ditinggalkan dan hanya smartphone yang menjadi teman setia, percayalah bahwa itu lebih baik daripada di dengarkan lalu di tertawakan. Ketika kata tak bisa keluar dari pita suaramu, ambillah pulpen dan goreskan tinta diatas kertas untuk mewakili isi hatimu. Seperti aku yang tak bisa bercerita kepada siapa siapa karena sering kali dikecewakan. Aku lebih memilih bercerita kepada kertas yang nyata menyimpan goresan goresan hatiku dan ku tahu dia tak pernah mengecewakanku.
Ketika tak seorangpun mampu membuat hatimu nyaman dan menenangkan, pergilah ketempat dimana hanya ada kamu dan suara angin yang berhembus. Duduklah dimana hatimu meminta, tutup matamu dan dengarkan suara-suara alam, biarkan dia meleburkan jiwamu dalam belaiannya. Dan renungkan apa yang ingin engkau renungkan. Pergilah kemana jiwa membawamu dan ketika esok engkau terbangun, kau sadar bahwa ada jiwa baru yang merasuk ke hatimu dan menjadikan hidupmu kembali berwarna. Karena setelah hujan, pasti akan ada pelangi.  

Minggu, 20 April 2014

Saya Rindu Kamu



Saya sedang tidak bergurau jika mengatakan bahwa saya merindukanmu. Saya pernah bilang bahwa kau mudah sekali dirindukan, bukan? Akhir-akhir ini, kau datang lebih sering ke dalam kepala saya. Terkadang menjelma cerita, lagu-lagu, film, atau bahkan gambar-gambar yang memunculkan kelakuan-kelakuan konyol tentang kita dahulu. Apa kau ingat? Di suatu sore yang basah, kita pernah pergi ke suatu tempat yang bersuhu rendah, saat itu kita basah kuyup akibat mengendarai motor di tengah hujan yang membuat tubuh kita begitu kedinginan. Tanpa rasa bersalah, kita lantas duduk di bangku yang ada di kedai tersebut hanya sekedar untuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh masing-masing. Memesan coklat panas lalu meminumnya dengan sangat lahap. Tak mempedulikan mata-mata yang sinis melihat kita yang mengotori lantai kedai cokelat. Sampai pada tegukan terakhir, kau melihat seseorang yang kau bilang Ia adalah kakakmu, kau meminta kita untuk tidak berlama-lama di sana. Takut dilihat kakakku, —katamu. Lalu dengan masih terheran, saya menuruti perintahmu untuk tidak berlama-lama disana. Saya hanya diam tak mengerti mengapa kita tidak boleh berlama lama disana. Padahal kau tahu seberapa cinta saya dengan aroma cokelat. Lalu perlahan saya mengerti mengapa kau mengajak saya untuk segera pergi dari kedai tersebut. Kau pernah bercerita tentang kakakmu yang selalu memarahimu jika kau ketahuan sedang memakan cokelat. Takut gigimu ompong, —katanya. Ah, kakakmu begitu menyayangimu, bahkan Ia begitu memperhatikan kesehatanmu. Ia masih memperlakukanmu seperti dulu saat kau masih kecil. Padahal kita semua tahu kau sudah tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa yang sudah tidak sepantasnya dilarang memakan cokelat dengan ancaman gigi ompong lagi. Lalu kita keluar dari kedai itu dan setelahnya hanya ada kita yang tertawa menceritakan kembali hal itu semua.

Apa kau ingat?

Rindu begitu mudah mengundang kenangan. Suatu kali tertawa mengingatnya, setelahnya hanya ada dada yang getir mengetahui bahwa hal itu tak dapat terulang kembali. Lalu kemudian, —tanpa bisa menahan— rindu menjelma awan yang mengantarkan hujan ke dalam mataku. Mencipta bulir-bulir bening yang jatuh satu per satu. Membentuk dua aliran sungai yang membasahi pipi. Menguarkan aroma cemas yang menyesaki pernapasan. Hingga tersengal dalam resah tak berkesudahan.

Saya sedang berada di sini sekarang. Di satu tempat di mana kita pernah membelah sore yang basah disebuah kedai cokelat. Menikmati sisa sore membenam sendirian. Pada waktu dan tempat yang sama di hari kita bersama dahulu.


Maafkan saya yang membiarkanmu pergi begitu saja, melepaskanmu dengan begitu mudahnya.
Saya merindukanmu. —lagi