Jadi begini, saya akan bercerita sedikit tentang sebuah
puisi untuk kalian. Entahlah, saya sendiri tak tahu puisi macam apa yang saya
buat. Mungkin bisa disebut puisi tentang perpisahan, kehilangan, kenangan, atau
pun kebahagiaan. Yang saya tahu, puisi ini mampu meluluhkan hati seorang pria
tepat di hari ulang tahunnya. Iya, bukan Pria yang saya cinta tentunya. Bahkan
sebenarnya ini bukan kisah percintaan saya.
Begini ceritanya ...
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki saat dimana mereka
merasa teramat terpuruk. Bahkan untuk melihat Matahari terbit pun teramat
suntuk. Iya, saya sedang berada di posisi ini; saat ini. Saat dimana saya di
tinggal pergi oleh kekasih hati. Tidak, saya tidak akan menceritakan bagaimana
kejadian ini bisa terjadi. Terlalu sakit untuk di ingat lagi. Baiklah, ini
sudah melenceng terlalu jauh dari topik yang saya buat di awal cerita tadi.
Tenang, saya pasti akan melanjutkan ceritanya kembali.
Kalian tahu? Setiap orang bisa berubah 180° dari
biasanya ketika Ia sedang berada dalam suatu kondisi dimana ia sedang merasakan
jatuh cinta ataupun patah hati. Begitulah sahabat saya. Ia menyayangi
kekasihnya, teramat menyayanginya. Orang yang selama 3 tahun ini dengan setia
selalu menemaninya bagaimanapun kondisi dan keadaannya.
Tepat 2 minggu lagi kekasihnya genap berumur 18 tahun (waktu itu
kita masih berumur 17 tahun). Ia mulai sibuk menentukan strategi apa
yang cocok untuk kekasihnya itu. Lucu memang, haruskah kita serumit itu
mempersiapkan semuanya? Bukankah hadiah paling indah itu adalah doa? Tak apa,
biarlah sahabatku melakukannya.
Banyak sekali ide yang bermunculan di dalam otaknya untuk
melakukan berbagai hal, tapi Ia sadar ia tidak akan berhasil jika melakukannya
sendiri. Sampai suatu saat ia meminta saya untuk melakukan sesuatu. Sahabat
saya memang bukan tipe orang yang romantis, bahkan bisa dibilang dia adalah
tipe orang yang cuek akan suatu hal. Maka dari itu Ia meminta saya untuk
membantunya merangkai sebuah puisi. Aneh, tapi saya rasa ide ini cukup bagus.
Maka dengan senang hati saya melakukannya.
Aku hidup tuk menemanimu
Aku datang karna rindukanmu
Semua tawa ...
Untuk bahagiakan dirimu
Aku bertahan hanya untukmu
Aku diam
redakan marahmu
Semua tawa ...
Untuk bahagiakan dirimu, dirimu
Takkan ku lupakan kenangan kita
Yang selama ini terukir begitu indahnya
Tak banyak kata yang mampu ku ucapkan
Padamu kupercayakan ..
Hati ini
Kurang
lebih seperti itu puisi yang saya buat. Tidak terlalu bagus memang, tapi
sahabat saya menyukainya. Ajaibnya, sahabat saya yang lain mampu mengubah
sebuah puisi yang saya buat tadi menjadi sebuah lagu. Keren. Kebetulan, sahabat
saya ini lumayan pintar di bidang musik dan tarik suara. Jadi sangat mudah
baginya untuk mengubah sebuah puisi menjadi lagu hanya dalam waktu satu hari.
Benar-benar paket lengkap!
Seiring
berjalannya waktu, hari ulang tahun kekasih sahabat saya ini pun hampir tiba.
Gugup? Sedikit. Dengan hanya di bekali sebuah gitar dan kamera SLR milik sahabat saya yang lain lagi,
sahabat saya yang kekasihnya akan bertambah umur itu pun rekaman. Seadanya
memang, tapi inilah yang dinamakan perjuangan.
Hari itu
pun tiba. Entah apa yang dirasakan sahabat saya itu tapi setidaknya dia sudah
berusaha. Apapun hasilnya nanti. Dan ajaibnya, kekasih sahabat saya begitu
menyukainya. Bahkan ia berulang kali memutar hasil rekaman yang kami buat
bersama sama itu. Hebat. Suara sahabat saya mampu menggetarkan hati kekasihnya
untuk kesekian kalinya. Memang, ia memiliki suara yang begitu unik. Jelek?
Tidak, suara dia unik. Dia jarang menyanyikan sebuah lagu tanpa falseto.
Bahkan hampir setiap lagu yang Ia nyanyikan selalu memakai nada falseto.
Saya sendiri tidak pernah bisa mengikuti nada yang Ia ambil ketika saya sedang
bernyanyi bersamanya. Secara dalam klub paduan suara pun suara saya di
tempatkan di nada Alto, mana mungkin saya dapat menyamakan suara saya
dengannya?
Mungkin
segitu saja cerita saya mengenai puisi kali ini. Lain waktu, saya akan
menceritakan beberapa kisah lain lagi. Terima kasih kepada kalian yang sudah
berkenan untuk membacanya. Cerita ini merupakan kisah nyata ketika saya masih
berada di bangku SMA. Terima kasih juga untuk sahabat sahabat saya. Maaf, saya
menceritakan kisah ini tanpa seizin kalian sebelumnya. Saya harap kalian tidak
keberatan jika saya menceritakannya.
*ps: Alhamdulillah, lagu diatas sudah masuk
dapur rekaman. Tetapi maaf, hanya untuk konsumsi kami pribadi. Hehe. Aneh ya?